Bangkok – Bentrokan antara junta Myanmar dan kelompok anti-rezim kembali terjadi di dekat pusat perdagangan penting yang dekat dengan perbatasan Thailand, kata tentara Thailand pada hari Sabtu, setelah seminggu yang relatif tenang.
Pertempuran terjadi di sekitar Myawaddy awal bulan ini dan junta terpaksa mundur dari posisinya di kota tersebut.
Namun, wilayah tersebut sebagian besar tenang dalam seminggu terakhir, dengan penduduk setempat melaporkan tidak mendengar adanya pertempuran meskipun blok regional menyatakan “keprihatinan yang mendalam” atas situasi yang sedang berlangsung pada hari Jumat.
Selama bentrokan sebelumnya, beberapa tentara berlindung di bawah jembatan yang menghubungkan Myadwaddy ke kota Mae Sot di Thailand, menurut Persatuan Nasional Karen (KNU) yang anti-junta.
Juru bicara KNU Padoh Saw Taw Nee mengatakan kepada media bahwa kelompok tersebut berperang melawan junta di Myawaddy, namun tidak memberikan rinciannya.
Pada Sabtu pagi, unit tentara Thailand yang ditempatkan di perbatasan mengatakan bentrokan sedang berlangsung dengan pasukan yang menargetkan tentara junta di bawah jembatan.
“Saat ini di tengah pertempuran, tidak ada kerugian yang diketahui,” tulis Satuan Tugas Khusus Rajamnu di Facebook.
Dikatakan bahwa pasukan telah mengerahkan “drone” untuk melawan tentara di bawah Jembatan Persahabatan Kedua, yang merupakan titik perdagangan utama bagi Myanmar.
Satuan tugas Thailand mengkonfirmasi jembatan itu ditutup dan mengatakan tentaranya berjaga-jaga.
Pittayakorn Petcharat, kepala polisi Mae Sot, mengatakan kepada AFP Sabtu sore bahwa pertempuran “meningkat”.
Dia mengatakan “sekitar 2.000” orang telah melintasi perbatasan Thailand, dan pihak berwenang setempat menggeledah mereka untuk mencari senjata.
“Kami telah memberi mereka makanan dan memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman,” tambahnya.
Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin memposting di X bahwa dia memantau situasi dengan cermat, dan akan memberikan bantuan kemanusiaan.
Namun, dia memperingatkan bahwa Thailand “siap melindungi perbatasan kami dan keselamatan rakyat kami”.
Keputusan militer untuk menarik pasukan dari pos-pos di kota perdagangan tersebut merupakan pukulan besar bagi junta, yang telah menderita serangkaian kekalahan dalam beberapa bulan terakhir.
Myawaddy sangat penting bagi militer, dengan nilai perdagangan lebih dari US$1,1 miliar yang melewatinya dalam 12 bulan hingga April.
Seorang sopir truk Myawaddy, yang menolak menyebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendengar bentrokan.
“Pertempuran tidak terjadi di kota tetapi di luar kota. Kami belum mendengar apa pun saat ini,” kata mereka.
Media Thailand membagikan video yang menunjukkan banyak orang sedang mengantri untuk menyeberang ke Thailand.