Kementerian Perdagangan junta telah memperingatkan pemilik bisnis yang menyimpan beras dan gabah untuk tujuan penjualan agar mendaftarkan gudang mereka atau menghadapi tindakan hukum.
Kementerian memperingatkan bahwa pemilik usaha yang menyimpan 50 ton beras atau lebih dari 5.000 keranjang padi (sekitar 20 kg per keranjang) harus mendaftarkan gudang mereka.
Pemilik diharuskan mendaftar di platform digital Myanmar Rice Online (MYRO).
Kementerian menjelaskan bahwa registrasi diperlukan karena akan membantu mengelola stok beras untuk swasembada dalam negeri dan ekspor, sehingga dapat menjamin ketersediaan beras nasional. stabilitas pasar beras dan harga, serta menerapkan subsidi bila diperlukan.
Federasi Beras Myanmar yang berafiliasi dengan junta juga mendesak pemilik usaha untuk mendaftarkan gudang mereka secara daring paling lambat hari Jumat. Federasi meminta pemilik untuk memberi tahu Federasi jika mereka gagal mendaftar sebelum batas waktu.
Kementerian Perdagangan telah membentuk tim di berbagai daerah dan negara bagian untuk memeriksa apakah para penjual beras telah mendaftarkan gudang mereka dan untuk memverifikasi data yang diserahkan dalam pendaftaran, menurut Federasi Beras Myanmar. Tindakan telah diambil terhadap mereka yang gagal mematuhi, katanya.
Seorang pedagang beras di Yangon berkata: “Dalam pemeriksaan baru-baru ini, kami ditanya apakah kami telah mendaftarkan gudang kami. Kami menjawab bahwa kami sedang mengusahakannya. Mereka mengatakan akan melakukan pemeriksaan di toko-toko yang tersisa yang belum diperiksa.”
Rezim militer Myanmar baru-baru ini dihukum beberapa pedagang dan pengecer beras yang dikatakan menjual beras di atas harga yang ditetapkan, dalam sebuah langkah yang dipublikasikan dengan tujuan menstabilkan harga.
Kementerian Perdagangan menyebutkan, hingga 23 Juni lalu, jumlah gudang yang terdaftar sebanyak 726 unit, yakni 213 unit milik badan usaha dan 513 unit milik perorangan.
Panen padi musim hujan diperkirakan menolak meningkat tajam tahun ini karena petani menggarap lahan yang lebih sedikit akibat perang konflik berkecamuk di seluruh negeri dan tingginya harga input pertanian.