Seorang brigadir jenderal yang pada bulan April memimpin pasukannya mundur dari pangkalan mereka selama pertempuran sengit dengan pasukan perlawanan untuk menguasai kota perbatasan Myawaddy menjadi perwira terbaru yang dihukum oleh junta atas kekalahan militernya yang memalukan, menurut sumber di Naypyitaw.
Brigadir Jenderal Soe Min Htet, mantan komandan Divisi Infanteri Ringan ke-44, dijebloskan ke penjara selama 14 tahun awal bulan ini, kata sumber tersebut. Ia diadili di pengadilan militer di Komando Tenggara tempat ia dituduh meninggalkan pangkalannya tanpa izin.
Dia dikirim ke Penjara Taungoo, kata mereka.
Kehilangan sementara Myawaddy pada bulan April memberikan pukulan telak lainnya pada reputasi militer sebagai kekuatan yang tangguh dan kompeten.
Pasukan dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) dan Pasukan Pertahanan Rakyat dengan cepat menyerbu posisi junta di dekat dan kemudian di kota perdagangan perbatasan Myawaddy pada awal April.
Selama serangan, Brigjen Soe Min Htet memimpin pasukannya dari Batalyon Infanteri Ringan 275 di kota Myawaddy untuk mundur ke Jembatan Persahabatan Thailand-Myanmar No. 2 yang menghubungkan Myawaddy dengan Mae Sot, Thailand di seberang Sungai Moei, pada pertengahan April.
Soe Min Htet terluka dalam bentrokan yang berlangsung seharian pada tanggal 20 April antara pasukannya dan pasukan perlawanan di jembatan tersebut pada tanggal 20 April. Ia dibawa melintasi perbatasan ke sebuah rumah sakit di Mae Sot dan kemudian diterbangkan kembali ke Myanmar oleh rezim tersebut. Setelah pulih, Soe Min Htet diadili, dinyatakan bersalah, dijatuhi hukuman dan kemudian dikirim ke Penjara Taungoo.
Rezim kemudian menduduki kembali pangkalan Batalyon Infanteri Ringan 275 dengan bantuan sekutunya, Pasukan Penjaga Perbatasan Negara Bagian Karen.
Awal tahun ini, tiga jenderal rezim dijatuhi hukuman mati dan empat lainnya dijatuhi hukuman penjara yang panjang karena menyerah kepada pasukan perlawanan di wilayah Kokang di negara bagian Shan bagian utara.
Junta juga memecat kepala Komando Pusat Mayor Jenderal Kyi Khaing awal bulan ini.
Kyi Khaing dulu diganti setelah Sayadaw Bhaddanta Munindabhivamsa, 78, seorang biksu senior dan guru Buddha terkemuka serta penulis, ditembak mati pada tanggal 19 Juni. Biksu tersebut tewas saat ia melakukan perjalanan dengan mobil di Wilayah Mandalay, tempat operasi militer diawasi oleh Komando Pusat.
Media junta awalnya menyalahkan kelompok perlawanan bersenjata atas pembunuhan tersebut sebelum rezim dipaksa mengakui tanggung jawab.