Junta Myanmar telah memutus sambungan internet dan telepon di sekitar 80 kota di seluruh negeri, menurut Athan, sebuah organisasi kebebasan berekspresi.
Seluruh 17 kota di Rakhine terkena pemadaman komunikasi dan 27 dari 34 kota di Wilayah Sagaing serta lima dari tujuh kota di Negara Bagian Kayah termasuk dalam daftar tersebut, kelompok tersebut melaporkan. Kota-kota dari negara bagian Shan, Chin, Kachin dan Mon serta wilayah Tanintharyi, Magwe, Bago dan Ayeyarwady juga dimasukkan.
Pemadaman listrik tidak dilakukan secara seragam karena sebagian besar kota kehilangan koneksi internet dan telepon, namun di kota-kota lain hanya internet seluler yang diblokir dan sinyal lemah atau lambat terus berlanjut di wilayah lain.
Tentara Arakan telah memerangi junta di seluruh Negara Bagian Rakhine utara sejak November tahun lalu dan telah merebut sekitar 180 pangkalan junta, sembilan kota kecil dan seluruh Kotapraja Paletwa di Negara Bagian Chin selatan.
Athan mengatakan di ibu kota Rakhine, Sittwe, penyedia telekomunikasi milik militer Mytel masih beroperasi hingga 16 Februari, ketika semua layanan wi-fi dan internet seluler diputus.
Namun dua warga Rakhine mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa operasi telekomunikasi milik junta, Mytel dan MPT, beroperasi di Sittwe pada hari Kamis. Seorang warga mengatakan di beberapa daerah saluran telepon telah pulih namun tidak ada koneksi internet.
Penutupan tersebut telah memperlambat aliran laporan yang dapat dipercaya dari Negara Bagian Rakhine, kata Athan, seraya menambahkan bahwa layanan perbankan dan transfer keuangan online telah terhenti.
Athan mengatakan pemadaman komunikasi adalah strategi junta untuk membungkam kekuatan anti-rezim.
“Jelas bahwa junta sengaja menekan masyarakat untuk menyembunyikan arus informasi dan memutus hubungan dengan kegiatan revolusioner,” tambahnya.
Myanmar menduduki peringkat kedua negara terburuk dalam hal kebebasan internet setelah Tiongkok berdasarkan laporan tahunan Freedom House yang berbasis di Washington tahun lalu.